BANJIR DAN FAKTOR PENYEBABNYA
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan di
dataran banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dan sungai yang
disebabkan debit air yang mengalir di sungai tersebut melebihi kapasitas
pengalirannya. Selain akibat terjadinya limpasan sungai, genangan banjir dapat
pula terjadi akibat terjadinya hujan setempat dimana genangan terjadi ; serta
akibat terjadinya air pasang dari laut. Ketiga peristiwa tersebut bisa terjadi
secara bersamaan maupun terpisah.
Upaya manusia untuk mengatasi masalah genangan dan banjir
sampai sekitar tahun 1960-an terutama dengan mengandalkan bangunan/rekayasa
teknik sipil pengendalian banjir (flood control) yang dikenal sebagai upaya
fisik/struktur (structural measures). Upaya ini bertujuan untuk mengendalikan
banjir sampai tingkat/besaran banjir tertentu dan tidak untuk menangani banjir
yang besar. Oleh sebab itu upaya ini tidak untuk menciptakan/ mengubah daerah
dataran banjir menjadi kebal dan aman terhadap ancaman banjir secara mutlak.
Dalam kamus ICID, “flood control” adalah “the provbision of a specific amount
of protection from flood”.
Menyadari adanya keterbatasan upaya yang bersifat
struktur tersebut, maka konsep penanganan masalah banjir yang akhir-akhir ini
dikembangkan adalah penanganan yang menyeluruh/komprehensif, yaitu kombinasi
antara upaya struktur dan nonstruktur.
Upaya untuk mengatasi masalah banjir di Indonesia
sebenarnya telah dilakukan sejak masalah tersebut timbul, baik yang dikerjakan
oleh masyarakat yang langsung tertimpa masalah maupun oleh pemerintah. Sebagai
contoh, pembangunan berbagai sarana pengendalian banjir seperti saluran banjir
kanal sungai arau dan pintu air lubuk begalung untuk mengatasi masalah banjir
di kota Padang, telah dilakukan pada sekitar tahun 1920.
Masalah banjir adalah masalah yang sangat terkait
dengan lingkungan hidup, yang dipengaruhi oleh keadaan dan peristiwa alam yang
bersifat dinamis, serta akibat adanya berbagai kegiatan manusia di daerah
aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah, dan hilir yang juga dinamis. Oleh
sebab itu maka kunci keberhasilan upaya mengatasi masalah banjir ditentukan
oleh tingkat keharmonisan antara berbagai kegiatan manusia dengan alam
lingkungannya. Untuk itu maka masyarakat perlu ditingkatkan kesadarannya,
kepeduliannya, serta kecintaannya terhadap alam dan lingkungan hidup.
Apa sih penyebab banjir itu???…
Masalah banjir adalah masalah yang menyangkut
lingkungan hidup, dan terjadinya masalah umumnya merupakan akumulasi dari
berbagai faktor penyebab yang sangat luas dan komplek. Berbagai faktor penyebab
tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor penyebab yang bersifat
alamiah (yang menyangkut kondisi serta peristiwa alam), dan adanya
pengaruh/campur tangan manusia yang bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di
daerah aliran sungai (DAS) baik di bagian hulu, tengah maupun di hilir.
Kondisi dan Peristiwa Alam
Kondisi alam pada umumnya merupakan fenomena yang
relatif statis, sedangkan peristiwa atau kejadian alam adalah bersifat dinamis,
yang berubah-ubah menurut waktu.
Kondisi alam yang kemungkinan dapat menimbulkan
masalah banjir antara lain :
Letak geografis lahan yang terkena masalah banjir
berada di dataran rendah/dataran banjir, sehingga rawan genangan dan banjir.
Pembendungan aliran sungai akibat adanya
pendangkalan alur/ambal alam di dasar sungai dan penyempitan (bottle neck)
Terdapatnya hambatan aliran akibat kondisi geometri
alur sungai seperti terdapatnya meandering, pertemuan anak sungai dengan induk
sungainya yang tidak “stream line”.
Kemiringan dasar sungai yang landai, yang
menyebabkan kapasitas pengaliran sungai relatif kecil.
Sedimentasi pada dasar sungai dan bantaran, yang
mengurangi luas tampak basah sungai.
Peristiwa alam yang dapat menimbulkan masalah banjir
dan genangan banjir antara lain :
Curah hujan yang tinggi
Aliran di sungai yang dapat menimbulkan limpasan dan banjir berasal dari air hujan di DAS nya dengan teknik tertentu telah dapat dilakukan prakiraan besarnya curah hujan dan kapan serta dimana terjadinya, namun untuk mengatur besar kecilnya dan dimana terjadinya curah hujan tersebut sampai saat ini masih diluar batas kemampuan manusia. Oleh sebab itu maka upaya manusia hanya terbatas pada pengendalian air/aliran yang telah jatuh di bumi.
Aliran di sungai yang dapat menimbulkan limpasan dan banjir berasal dari air hujan di DAS nya dengan teknik tertentu telah dapat dilakukan prakiraan besarnya curah hujan dan kapan serta dimana terjadinya, namun untuk mengatur besar kecilnya dan dimana terjadinya curah hujan tersebut sampai saat ini masih diluar batas kemampuan manusia. Oleh sebab itu maka upaya manusia hanya terbatas pada pengendalian air/aliran yang telah jatuh di bumi.
Terjadinya pembendungan aliran akibat terjadinya
puncak banjir pada sungai induk yang bersamaan waktunya dengan puncak banjir
pada anak sungai.
Pembendungan di muara sungai akibat terjadinya
pasang naik yang bersamaan dengan puncak banjir di sungai.
Terjadinya air pasang sehingga menimbulkan limpasan
air sungai dan air laut.
Terjadinya kenaikan muka air laut akibat pemanasan
global.
Terjadinya amblesan permukaan tanah di daerah
“alluvial plain”.
Pengaruh Kegiatan Manusia
Berbagai kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan
timbulnya masalah banjir antara lain :
Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat seperti
halnya di Jabotabek yang memerlukan berbagai fasilitas dan kegiatan yang
berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya masalah banjir.
Pembangunan/pemanfaatan daerah rendah yang berupa
dataran banjir yang sebenarnya rawan terhadap banjir untuk berbagai keperluan
seperti daerah pemukiman /perkotaan, industri, perkantoran maupun pertanian
yang kurang memperhatikan dan mengatasipasi adanya resiko genangan banjir yang
bisa terjadi pada setiap saat.
Perubahan kondisi lahan, antara lain dengan adanya
penebangan hutan, pengembangan daerah pertanian, pengembangan pemukiman,
industri, pariwisata dan sebagainya pada DAS baik di hulu, tengah maupun di
hilir yang menimbulkan kenaikan koefisien run-off, memperkecil peresapan, dan
menimbulkan perubahan watak banjir yang berupa peningkatan debit banjir pada
sungai dari waktu ke waktu.
Pembangunan di daerah dataran banjir untuk kawasan
pemukiman, industri dan untuk kepentingan lainnya, berakibat semakin
berkurangnya luas daerah retensi banjir alamiah, sehingga besarnya debit banjir
yang mengalir di sungai semakin meningkat.
Kapasitas sungai untuk mengalirkan banjir berkurang
oleh adanya bangunan baik legal maupun ilegal, baik pemanen maupun darurat, di
sepanjang tebing dan bantaran sungai. Kondisi ini banyak dijumpai pada
sungai-sungai yang melewati daerah perkotaan/pemukiman.
Tanaman/pepohonan di bantaran sungai (lahan diantara
tanggul dan tebing sungai) dapat mempersempit penampang basah sungai sehingga
mengurangi kapasitas pengaliran banjir.
Sampah padat yang dibuang ke saluran dan sungai
menimbulkan pendangkalan dan penyempitan alur serta menghambat aliran, banyak
di jumpai hampir di seluruh sungai yang melewati daerah perkotaan.
Pembangunan sarana drainase dari daerah pertanian
dan pemukiman di lahan dataran rendah/dataran banjir dengan tujuan mengeringkan
lahan tersebut terhadap genangan lokal, menjadikan debit banjir di sungai
meningkat sekaligus memperkecil potensi lahan yang dikeringkan tersebut sebagai
daerah retensi banjir.
Bangunan-bangunan silang di sepanjang sungai seperti
jembatan, bendung, bangunan terjunan, talang air, pipa air minum, pipa listrik,
serta bangunan sementara, sering menimbulkan gangguan terhadap kelancaran
aliran banjir apabila tidak direncanakan dan dilaksanakan dengan benar.
Terjadinya penurunan tanah “land subsidence” akibat
penyedotan air tanah secara berlebihan terutama di daerah perkotaan.
Terbatasnya pengertian masyarakat terhadap masalah
banjir dan upaya mengatasinya sehingga berbagai kegiatannya kurang mendukung
pengurangan masalah.
Masalah banjir yang cenderung semakin meningkat di
Indonesia dari tahu ke tahun terutama disebabkan oleh adanya perubahan watak
banjir serta pesatnya pembangunan dan berbagai kegiatan manusia di dataran
banjir yang rawan banjir.
Luas daerah dataran banjir yang rawan terhadap
masalah banjir pada Pelita I baru meliputi…. Ha ; namun pada Pelita VI telah
berkembang menjadi …..Ha. perkembangan tersebut sejalan dengan pertambahan
jumlah penduduk dan tingkat kehidupannya seiringan dengan pesatnya pembangunan
yang sebagian besar berlangsung di daerah dataran banjir.
Selain itu terjadinya perubahan tata guna lahan di
daerah hulu sungai telah mendorong laju pertumbuhan lahan kritis dan
meningkatkan tingkat erosi dan banjir, ditambah lagi adanya kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan yang relatif masih kurang.
Referensi : http://bebasbanjir2025.wordpress.com/artikel-tentang-banjir/lutfi-andrian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar